Di sebuah toko buku



di sebuah toko buku, aku selesai membeli paper bag untuk wadah kado ualang tahun adikku, aku tidak langsung pulang.
seperti biasa, aku keliling-keliling, melihat-lihat, berbagai alat tulis dan buku-buku. aku pergi ke rak khusus memajang note kecil,
tiba-tiba ada seorang bapa-bapa memilih notebook berukuran sedang dicarikan oleh salah satu pegawai di sana,
ternyata dia sambil telephone video dengan seorang perempuan.
menanyakan ingin warna merah atau hitam? sambil diperlihatkan. selepas selesai memilih, "di kirim sesuai titik ya". aku yang dari tadi lumayan keheranan
ternyata salah satu yang terlintas di pikiranku benar, ia bapak seorang tukang paket. tapi kemudian berpikir lagi, kalo ini tukang paket ko daritadi pelayanannya 
cukup intens ya, baru kali ini seramah-ramahnya tukang paket ga pernah liat sedekat itu dengan pelanggannya. bentar, " di kirim sesuai titik ya" perempuan
di panggilan telephone itu tertawa. "oh bukan tukang paket" pikirku lagi. pembicaraan terdistarksi oleh lalu lalang orang yang melewat pada rak demi rak. jangan salah, akupun
daritadi menyimak sambil memilih buku note kecil, yang jika dilihat tampak begitu serius tidak menyimak apapun selaij fokus memilih warna yang bagus yang akan diambil.
kembali tertangkap obrolan meraka, sepertinya bapa-bapa itu habis mengkonfirmasi kembali apa yang harus dibelinya. lalu " makasih yah". "sama-sama sayang" jleb seketika aku baper.
ternyata itu adalah seorang ayah yang membelikkan untuk anak perempuannya. senang sekali melihat kejadian itu, seorang ayah yang begitu antusias seperti akan memberikan emas yang berharga untuk dibawa pulang kepada anaknya, padahal itu hanya sebuah buku catatan sederhana kosong. tapi lagi-lagi, karena sederhana hal itu justru terasa lebih sensitif. aku jadi teringat bapa yang pernah demikian juga. aku pernah berada di posisi anak perempuan di telpon tadi. ya, bedanya yang kupesan adalah crepes waktu itu. bapa yang saat itu belum tau crepes aku kasih tau saja kaya kulit martabak. dia menelponku, memperlihatkan menu rasa yang ada di sebuah daftar menu. tapi tetap saja mengobrol dengan penjualnya untuk menyebutkan rasa apa saja yang ada. saat itu aku memesan rasa coklat dan ade rasa matcha. ya kurang lebih, suasananya sama kaya bapa-bapa barusan yang kupikir adalah seorang kurir. tidak jauh dari situ, aku menemukan rak kumpulan buku mewarnai dan buku cerita anak. meski aku tidak berniat membelinya, tapi tetap saja aku lihat-lihat seolah aku akan memilihnya, haha. buku gambar mewarnai kebanyakan mewarnai dinasaurus yang kutemukan, buku cerita tak lain kebanyakan tentang legenda. ya, aku teringat lagi. dulu, sewaktu aku masih kecil, aku suka dibelikan buku cerita dan mewarnai sama bapa. padahal aku sama ade tidak memintanya. setiap beli selepas pulang kerja pasti ada 2 buku yang dibeli, tentu saja untuk adek dan aku. buku cerita yang ade tentang kancil dan buaya, yang aku kancil dan harimau. selanjutnya, buku kisah nabi yunus, dan kisah nabi Yusuf. cuma itu yang aku ingat. pasti selalu ada dua buku yang dibeli yang sama-sama berhubungan. begitu juga dengan buku mewarnai. selalu exited setelah bapa pulang lalu membawa sebuah buku. dulu mungkin aku tidak memikirkan apa-apa saat bapa membelikan buku-buku. tapi aku selintas berpikir saat sedang melihat buku-buku cerita di rak ini. bapa adalah orang yang realistis, bisa-bisanya sering membelikanku buku cerita yang isinya tidak nyata dalam realita. bahkan sebelum tidur, dulu bapa banyak punya cerita-cerita dongen fabel atau dongeng sunda. haha, aku menertawakan presepsiku sendiri dalam hati. rasanya ingin lagi membaca buku-buku anak-anak, ingin lagi mencium aroma pensil warna dan crayon. bukan tidak bisa dilakukan, tapi waktu seakan-akan terbatas saat ini. kehidupan seorang mahasiswa yang harus banyak membaca jurnal-jurnal ilmiah, mempersiapkan metode penelitian, mencari data, dan persiapan kuliah kerja nyata. 
kejadian tidak sengaja tadi, membawaku pada cerita masa kecilku yang sudah suka membaca cerita, bermain dengan pewarna, menjadi seorang anak yang menanti ayahnya membeli buku cerita baru lagi. aku sedang berada di rak bolpoin dekat meja kasir, aku membawa 2 bolpoin berwarna emas dan perak yang belum kupunya, lalu aku menambah dengan pulpen hitam biasa. tentu bukan karena sudah habis persediaan, tapi karena lucu, hihi. di sebbelahku ada sepasang suami istri bersama anaknya memilih-milih pensil berataskan karakter lucu. mereka saling bernegosiasi satu sam lain mana yang lebih menarik, sedang anaknya yang kecil itu memainkan satu demi satu pensil dengan karakter-karakter warna-warna yang bermacam-macam. aku beranajak ke mesin kasir, sepasang suami istri muda dan satu anaknya itu ada di depanku ternyata. mengeluarkan barang-barang dari keranjang yang mereka bawa. kulihat ada buku gambar, buku belajar mewarnai, pensil warna, penghapus, highliter, botol minum kecil dengan tutup corak lebah, dan masih banyak lagi. begitu berarti kulihat, aku yang dari tadi di belakangnya menunggu giliran membayar barang belanjaan. sembari melihat kasir mengcek harga, aku terpikir kembali. kali ini, bukan ke masa kecil, bukan ke masa lalu. tapi, ke masa depan. dengan sedikit melamun, senyumku merekah diam-diam. ingin melanjutkan lamunan, namun buyar keburu kebagian maju mendapat giliran membayar. aku keluar pintu toko peralatan tulis itu. suasana tenang di dalam tadi berganti menjadi hiruk pikuk jalanan yang ramai kendaraan. aku berjalan menyusuri jalan ke arah angkutan umum, rasanya lega sudah pergi ke sana. seperti kembali pada masa belum mengenal gadget dan komputer, sudah lama tidak berlabuh pada alat-alat sederhana itu. kita memang tidak bisa kembali ke masa lalu, tapi kita masih punya masa depan yang harus dituju.

Komentar

Postingan Populer